Pernahkan anda bertanya pada seorang teman mengenai apa yang dicarinya didunia ini? Saya pernah dan jawabannya berbeda-beda. Ada yang mengatakan "kaya didunia dan mati masuk surga", ada juga "bahagia di dunia, surga di akhirat", ada yang bilang "karier" tapi dari semuanya itu jawaban yang paling banyak adalah kebahagiaan.
Saya pernah bertanya di dalam hati, apa sich itu kebahagiaan? Wujudnya seperti apa? Tempatnya dimana?
Suatu hari saya menolong teman saya di sekolah, dengan pertolongan tersebut teman saya itu berhenti menangis dan saya pun merasa senang dan puas karena saya berhasil menolong dia. Kebahagiaan itu sangat abstrak dan tempatnya ada dalam diri kita. Tepatnya dalam kalbu atau hati kita. Semua orang sebenarnya pasti bisa merasakan bahagia dan tidak bahagia. Ketika ditimpa banyak persoalan, pressure yang tinggi, timbul rasa tidak nyaman dan tidak bahagia, kenapa? Karena persoalan dan tekanan itu telah menghimpit kalbu kita sehingga seolah-olah kalbu itu terjepit dengan hebatnya dan mengecil. Tapi coba bandingkan jika kita meraih sesuatu. Kemenangan, kesuksesan, pencapaian cita-cita atau apapun yang menyebabkan kalbu kita terasa lapang dan luas.
Dengan penjelasan di atas, saya mencoba merinci teori kenapa sebenarnya manusia bisa merasa bahagia atau tidak bahagia. Teori saya ini tidak mutlak dan tidak dijamin kebenarannya, tapi itulah kesimpulan saya saat ini. Inti dari kebahagiaan adalah kemampuan untuk menerima masalah apapun, kekecewaan apapun dan tekanan bagaimanapun setara dengan kemampuan kita menerima kesuksesan dan kemenangan. Lebih details lagi, ciptakanlah suasana kalbu yang luas dan lapang dalam kondisi apapun.
Masalah utama saya sebagai manusia adalah keinginan untuk selalu menang dan mencapai apa yang saya inginkan. Lebih dalam lagi sebenarnya bukan yang saya inginkan, tapi nafsu saya yang inginkan. Kalau begitu, lawanlah nafsu itu. Ketika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan, tentu perasaan pertama yang muncul mungkin marah, kecewa, tidak senang, cemberut atau apapun ekspresi ketidaksenangan. Bisakah kita balikkan "first expresion" itu menjadi kesabaran, berfikir positif, jiwa besar, mengambil hikmah dan belajar untuk mendapatkan yang lebih baik. Ketika orang berkata sesuatu yang berburuk kepada saya, Apakah saya langsung berekspresi "emang dia orang suci, dia juga kan begini dan begitu" atau kita mendengarkan dan mencari kebenaran, jika benar kita perbaiki dan jika salah kita anggap angin lalu. Bukankah segala yang baik datang dari Allah dan segala yang buruk datang dari syetan. Kalau kita berekspresi sama seperti yang pertama (bales menjelekkan) apa beda saya dengannya. Apa beda pemahaman saya tentang kebahagiaan dengannya. Apa beda pemahaman agama saya dengannya. Tidak ada bedanya....
Menurut saya, dalam hidup kita pasti akan mendapatkan masalah. Tidak ada yang lebih besar dari yang lainnya. Kenapa? Karena Allah maha adil, dan Allah hanya memberikan masalah sesuai kemampuannya untuk menanganinya. Tapi jangan lupa, setiap manusia punya kelas yang berbeda dalam menangani masalah. Kelas tinggi tentu tidak sama dengan kelas menengah dan kelas rendah. Perbedaan kelas ini juga menunjukkan derajat orang tersebut. Kalau kita sepakat bahwa hidup itu pasti ada masalah, kenapa kita takut dapat masalah? Tidak dicari juga masalah itu akan datang. Lalu kenapa kita harus berpusing ria dengan masalah tersebut, bahkan ada yang gantung diri. Kita ini manusia, ketika kita berfikir batas otak dan tubuh kita tidak mampu lagi menampung masalah tersebut, serahkan pada Allah. Tugas kita berusaha dan Allah tidak mengenal kata putus asa, hanya kita sebagai manusia yang merasa dizalimi oleh-Nya.
Cobalah anda urutkan, sepanjang hidup anda, berapa panjang masalah yang telah anda hadapi dan anda selesaikan. Saya yakin sangat panjang dan tebal. Coba anda renungkan, bagaimana mungkin anda bisa menyelesaikan semuanya, padahal jumlahnya begitu banyak. Itulah kehendak Allah dan bukti kebesaran Allah. Jangan menyerah, jika cara ini tidak bisa menyelesaikan, pakai cara lain dan terussss coba cara lain dan saya sangat yakin, Allah pasti memberi hasil, karena Allah maha adil.
Sebenarnya kebahagiaan itu ada di hati dan banyak orang tidak menemukannya karena ia tidak mencarinya disana. Dia berkeliling dunia, mencari berbagai cara, pergaulan bebas, narkoba dan lainnya sebagai pelarian, tapi sebenarnya ia ada dalam diri kita. Kebahagiaan itu sangat mudah dicari sebenarnya kalau kita mau meneteskan airmata betapa lemahnya kita sebagai manusia dan kembali pada fitrah kita. Kebahagiaan itu akan terpancar dari wajah jika kita menemukannya.
Saya sudah menemukannya pada orang yang saya cintai.... Lihatlah wajahnya, bandingkan wajahnya dengan orang lain dan jika hati nurani mengevaluasinya akan terlihat perbedaan cahaya.... itulah yang saya maksud.
Selamat mencari.....
No comments:
Post a Comment